A. Identitas
Jenis Film : Drama – Semua Umur (general))
Produser : Shanty Harmayn
Produksi : Sbo Films Dam Mizan Productions
Sutradara : Ifa Isfansyah
Penulis : Salman Aristo
Pemain : Emir Mahira (Bayu) , Aldo Tansani (Heri) , Marsha Aruan
(zahra) , Ikranagara (kakek bayu) , Maudy Koesnaedi (ibunda bayu) ,
Ary Sihasale , Ramzi
B. Resensi Film Garuda Di Dadaku
Garuda Di Dadaku adalah film keluarga yang bercerita tentang Bayu,
seorang anak SD, yang mempunyai mimpi menjadi seorang pemain bola dan
masuk ke Tim Nasional Indonesia. Bayu mempunyai bakat bermain sepak bola
dari ayahnya yang dulunya juga adalah seorang pemain sepak bola.
Sayangnya, cita-cita Bayu itu ditentang oleh sang kakek yang lebih
senang cucunya mengikuti berbagai macam kursus demi masa depannya.
Ternyata kakek mempunyai alasan yang kuat kenapa ia melarang Bayu
bermain bola.
Ayah Bayu yang dulunya seorang pemain bola mengalami cedera berat pada
waktu itu sehingga tidak bisa bermain bola dan akhirnya hanya menjadi
seorang supir taksi. Sampai akhirnya ia tidak bisa menjadi seorang
pemain bola yang hebat dan sukses. Kakek Bayu tidak mau nasib yang sama
menimpa Bayu cucu yang ia sayangi. Bayu yang benar-benar mencintai sepak
bola tidak mau begitu saja menuruti apa kata kakeknya. Apalagi ketika
secara tiba-tiba ia mendapat tawaran beasiswa di sebuah sekolah sepak
bola terkenal di Jakarta yang dapat membantunya masuk ke Tim Nasional
Indonesia. Alhasil, Bayu dibantu oleh temannya, Heri, harus
menyembunyikan hal ini dari kakek Bayu dan berlatih secara diam-diam.
Heri adalah seorang anak orang kaya yang menggilai sepak bola tetapi
sayangnya ia tidak bisa bermain bola karena ia adalah penyandang cacat
dan harus duduk di kursi roda. Oleh sebab itu Heri sangat senang dan
menjadikan dirinya sebagai manajer Bayu yang memfasilitasi Bayu begitu
rupa demi mewujutkan cita-cita Bayu. Secara tidak sengaja mereka bertemu
dan berteman dengan Zahra, seorang anak perempuan penjaga kuburan yang
ikut mendukung cita-cita Bayu dengan mengijinkan Bayu berlatih di
kuburan tempat ia tinggal. Setelah menemukan tempat berlatih pun usaha
Bayu untuk meraih cita-citanya tidak berjalan dengan mulus.
Masalah pun muncul ketika Bayu membohongi kakeknya yang mengira bahwa ia
berbakat menjadi seorang pelukis. Tidak diduga kakek datang dan melihat
Bayu di sekolah sepak bolanya dan tiba-tiba ia terserang penyakit
jantung dan dilarikan ke rumah sakit. Bayu merasa bersalah dan menyesal
telah membohongi kakeknya. Ia memutuskan untuk berhenti bermain bola dan
tidak berteman lagi dengan Heri karena ia menyesal telah mengikuti
nasihat Heri. Tak disangka kakek Bayu sadar bahwa ia salah dan mendukung
Bayu bermain sepak bola. Akhirnya Bayu kembali ikut seleksi tim dan
kembali bersahabat dengan Heri. Dengan dukungan ibu, kakek, Heri dan
Zahra, Bayu berhasil lolos seleksi masuk Tim Nasional Indonesia dan
menggapai cita-citanya selama ini.
Tokoh utama dalam film ini adalah Bayu, seorang anak yang duduk di
bangku sekolah dasar yang terus berusaha keras menggapai mimpinya
menjadi pemain sepak bola. Ia memiliki fisik yang kecil tetapi mepunyai
semangat tinggi walaupun ia tinggal di tengah keluarga yang sederhana
tanpa ayahynya yang sudah meninggal. Tokoh yang lain adalah Heri, teman
satu sekolah Bayu yang juga menggilai sepak bola. Ironinya ia tidak bisa
bermain bola karena ia seorang penyandang cacat walaupun dengan
kekayaan orang tuanya ia bisa membeli semua barang yang berhubungan
dengan sepak bola. Satu lagi sahabat Heri dan Bayu adalah Zahra. Ia
adalah seorang anak perempuan yang tinggal dengan kakeknya yang adalah
seorang penjaga kuburan. Zahra digambarkan sebagai anak perempuan yang
agak lusuh karena ia dan kakeknya hanya tinggal di kuburan dan hidup
dengan sangat pas-pasan. Tidak seperti teman sebayanya, Zahra tidak bisa
melanjutkan sekolah tetapi di akhir cerita ia mendapatkan kesempatan
lagi untuk melanjutkan sekolah dasar.
Tema film ini adalah usaha seorang anak menggapai cita-citanya. Film
ini mempunyai pesan bahwa kita harus berusaha dan tidak boleh menyerah
dalam mencapai mimpi dan cita-cita kita. Kita juga harus mensyukuri apa
yang kita punya karena ada orang-orang yang tidak seberuntung kita.
Misalnya Bayu yang mempunyai talenta dan kesempatan untuk bermain bola
tetapi Heri tidak bisa karena ia seorang penyandang cacat. Sebaliknya
Heri mempunyai fasilitas-fasilitas dan orang tuanya yang tidak melarang
hobi sepak bolanya, tetapi Bayu tidak bisa leluasa bermain sepak bola.
Jika dibandingkan dengan realita yang ada, film Garuda Di Dadaku bisa
dibilang mewakili realita hidaup yang ada di Indonesia. Seperti film
keluarga lainnya yang mengangkat usaha seorang anak dalam meraih
mimpinya. Saya suka film Garuda Di Dadaku karena ini bukan film tentang
cinta yang kadang membosankan dan juga film ini dapat ditonton oleh
semua umur dan kalangan karena tidak mengandung unsur kekerasan. Film
ini juga dapat membangkitkan rasa cinta dan nasionalisme bangsa terhadap
Indonesia khusunya di dunia sepak bola Indonesia.
C . Kelebihan dan Kekurangan
kelebihan film ini tidak hanya bagus tetapi juga mendidik karena penuh
dengan motivasional , persahabatan yang tulus , semangat untuk mencapai
cita-cita , hubungan baik yang di jalain antara anak dan orang tua , dan
tentu saja film ini membangkitkan semangat nasionalisme .
kekurangan film ini peran kakek kurang gereget karena kakek yang
sejak awal membenci sepak bola dan selalu menghalangi cucunya agar tidak
bermain bola diperlihatkan dengan ekspresi yang sangat emosional , yang
membuktikan bahwa ia seolah-olah bangga dengan apa yang ia takutkan
selama ini .
D. Saran
menurut saya jika durasi film ini ditambah mungkin lebih seru .
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar